Rabu, 13 Juli 2011

Khadijahku .. Aisyahku ^_^

Khadijahku, 'Aisyahku
-renungan tentang Best Partner Ever After, seminar kemuslimahan FK UII
  "Ustadz SALIM A. FILLAH"



Yang mereka cintai sesungguhnya adalah Allah,
adalah kebenaran, adalah misi hidup mereka.
Bukan orang atau benda atau bentuk apapun.
Manusia hanya medan karya tempat cinta mengejawantah.
Maka Allah memberi mereka kelezatan demi kelezatan
setiap kali cinta itu mengejawantah.



"Percintaan", Erich Fromm mencoba bertutur dalam Man for Himself, "Merupakan bentuk yang produktif dari hubungan dengan orang lain dan dengan diri sendiri." Baginya, cinta mencakup tanggungjawab, perhatian, rasa hormat dan pengetahuan, serta hasrat agar sahabat kita tumbuh dan berkembang. Sampai di sini, Fromm telah memahamkan pada kita alangkah besar tugas yang diemban cinta dalam hubungan antar manusia. Maka dalam tiap cinta ada kerja-kerja untuk saling menjaga dan menguatkan kawan perjalanan. "Cinta", lanjut Fromm, "Adalah ungkapan kemesraan antara dua insan dalam keadaan saling menjaga integritas sahabatnya.".

Tentu saja tak semua orang setuju sepenuhnya dengan Fromm. Abraham Maslow yang kita kenal dengan Hirearchy of Needs itu salah satunya. "Cara Fromm melukiskan hubungan percintaan yang ideal", begitu Maslow memulai kritiknya dalam Motivation and Personality, "Adalah menjadikannya semacam tugas atau beban. Bukan permainan atau kenikmatan." Bagi Maslow, pandangan Fromm tentang cinta telah mengabaikan suatu aspek dari hubungan cinta yang sehat. Aspek itu adaiah kegembiraan, keceriaan, kesenangan, perasaan sejahtera dan nikmat. Hal-hal ini,.kata Maslow, "Nyata sekali terdapat pada subjek-subjek kami."



Ketika kita merasakan cinta, maka pleasure feelings yang kita rasakan adalah peran dopamin. Bersama dengan meningkatnya kadar adrenalin yang mempercepat denyut jantung, serta rendahnya kadar serotonin yang menyebabkan rasa obsesif, dopamin memberikan efek membahagiakan, meningkatkan energi, menurunkan nafsu makan, dan mengurangi konsentrasi.

The Journal of Comparative Neurology vol. 493 Oktober 2005 memuat hasil penelitian yang dilakukan antar-bidang oleh antropolog, ahli fa'al, dan neuroscientist. Mereka menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI) untuk memperhatikan otak 17 orang wanita dan pria saat mereka sedang memperhatikan foto pasangan yang dicintainya. Data hasil pindai menunjukkan bahwa adanya peningkatan aiiran darah dalam otak serta adanya peningkatan kadar reseptor dopamin dalam area caudate nucleus dan ventral tegmental area (VTA) sebelah kanan.

"Apa yang tampak dalam hasil pemindaian tersebut", kata Dr. Helen Fisher dari Rutgers University dalam jurnal yang sama, "Adalah suatu keinginan biologis untuk fokus terhadap satu objek." Tingginya kadar dopamin diasosiasikan dengan meningkatnya perhatian, hiperaktivitas, keresahan dan perilaku berorientasi tujuan.

Sayangnya, riset menunjukkan cinta yang menggebu ini cepat berakhir. Sebuah tim kolaborasi ilmuwan dari Universitas Pisa di Italia menyebutkan bahwa, pleasure feelings dan passionate akan memudar dan hampir-hampir hilang setidak-tidaknya 2 tahun setelah hubungan intens antar pasangan terjadi. Sebabnya, sejalan dengan meningkatnya hubungan, oksitosin dan vasopressin akan mempengaruhi jalur-jalur dopamin dan adrenalin, membuat dua senyawa ini berkurang kadarnya. Tetapi, menjaga jalur adrenalin -yang lebin mudah daripada dopamin- akan turut mempertahankan keceriaan cinta kita. Caranya dengan memberi banyak kejutan, ketegangan, dan merasai hal baru dalam hidup. Dopamin, sang hormon cinta, insyaallah bertahan lebih lama.

Entah mengapa penjelasan dua mahaguru Psikologi tadi mengingatkan saya pada dua orang wanita yang penuh cinta. Sementara Fromm mengingatkan saya pada Khadijah, Maslow mengingatkan saya akan 'Aisyah. Bukan berarti cinta Rasulullah dan Khadijah tak mengandung unsur gembira, ceria, atau pleasure feelings lainnya, tetapi unsur tanggungjawab, perhatian, rasa hormat dan pengetahuan, serta hasrat agar sahabat kita tnmbuh dan berkembang jauh lebih menonjol dalam kisah cinta mereka.

Rasulullah yang lahir sebagai yatin. dan kehilangan ibunda di masa kanak-kanak agaknya menemukan sebuh cinta yang sangat mengokohkannya pada Khadijah. Seorang wanita dengan selisih usia beberapa tahun di atas beliau, tentu bagaikan ibu yang penuh kasih ketika kekanakan seorang lelaki sesekali hadir memberi warna. Seorang janda yang begitu teguh hati, penuh pengalaman hidup, dan matang tentu membuat Muhammad merasa memiliki kawan seiring dalam meraih kedewasaan dan kemuliaan pekerti. Khadijah seolah hadir menjadi bagian skenario Allah dalam mempersiapkan kenabiannya.

Khadijah juga masih hadir di saat yang genting dalam hidup beliau. la menunaikan tugasnya mendampingi Rasulullah di masa-masa yang berat; ketika da'wah ditindas, ketika risalah ditentang keras, dan shahabat-shahabat Rasulullah mengalami penyiksaan dan penganiayaan yang tak terperi. Khadijah hadir dengan jiwa dan hartanya untuk membenarkan, membela, dan menjaga beliau dari para pencaci, pendengki, dan musuh da'wah. Cinta Khadijah menghangatkan beliau ketika angin cobaan membekukan. Cinta Khadijah menenteramkannya ketika gelisah<ian ketakutannya="" meraja.="" cinta="" khadijah="" menguatkannya="" ketika="" lelah="" dan="" lemah="" mulai="" menyerang="" urat="" syarafnya.="">
Ketika Rasulullah menerima wahyu pertama, ada berjuta gejolak dalam perasaan beliau. Sedih, bingung, cemas, gelisah, khawatir, dan tertekan. Rasanya ingin menjatuhkan diri dari ketinggian gunung.

"Tiba-tiba aku berlutut", kata beliau, "Kemudian persendian kakiku serasa akan lepas. Aku berjalan merayap, sementara seiuruh tjbuhku bergetar keras. Cepat-cepat aku masuk menemui Khadijah, 'Selimutilah aku, selimutilah aku!' Akhirnya rasa takutku berangsur-angsur hilang.

Kemudian laki-laki yang memanggilku tadi datang lagi seraya berkata, "Ya Muhammad, engkau adalah Utusan Allah". Mendengar itu aku merasa takut kembali dan rasanya aku ingin menjatuhkan diri dari ketinggian gunung. Mendadak, laki-laki itu menampakkan dirinya lagi seraya berkata, "Ya Muhammad, aku Jibril dan engkau Rasulullah."
Lalu ia membimbingku. "Bacalah!", katanya.

"Aku tidak bisa membaca.."

la lalu mendekapku hingga tiga kali berturut-turut, hingga aku merasa ietih sekali. Laki-iaki itu berkata lagi, "Iqro' bismi Rabbikal ladzi khalaq." Kemudian aku mengikuti bacaan itu dengan bsik.

Setelah itu, aku pergi kepada Khadijah. Aku sangat takut sekaii, aku ceritakan segala yang aku aiami. Dengan penuh kepercayaan dan kasih sayang, ia berkata, Tidaklah demikian.. Dengarlah! Demi Allah, bergembiralah.. la tidak akan merendahkan dan menghinakanmu sedikitpun. Demi Allah! Karena engkau selalu menyambung silaturrahim, jujur dalam berkata, menunaikan amanah, suka menerima tamu, tabah dalam derita, dan suka menolong orang yang dilanda mushibah!"

Demikianlah, rasa tenteram serta kasih sayang tulus dan perhatian yang diberikan Khadijah telah menjadi kenangan tak tergantikan dalam kehidupan Rasulullah. Selimut kenangan yang diberikan Khadijah menjadi memori kemesraan yang menenteramkan. Sering, beliau menyebut dan mengenangnya. Senantiasa beliau menyambung silaturrahmi dengan teman-teman Khadijah di saat perempuan mulia itu telah mendahului. Begitulah berbagai riwayat mencatat.

Pada suatu hari beliau menyebutkan keutamaan Khadijah, lalu 'Aisyah merasa cemburu dan berkata, "Bukankah ia hanya seorang wanita tua belaka yang Allah sudah memberikan ganti kepadamu isteri yang lebih baik darinya?"
Mendengar kata-kata itu, Rasulullah sangat marah, hingga bergerak-gerak rambut di atas keningnya. Kemudian beliau bersabda, "Tidak, demi Allah. Allah belum memberi ganti dengan isteri yang lebih baik daripadanya. la beriman padaku ketika semua manusia ingkar. la membenarkanku ketika seluruh manusia mendustakan. la membantuku dengan hartanya ketika semua manusia menahannya, dan Allah mengaruniakan kepadaku anak dari dia, tidak dari yang lain.."

Ketika Khadijah menyelesaikan tugasnya dengan sempuma, Allah memanggilnya ke sisinya. Fase da'wah Muhammad berikutnya diisi tugas-tugas berat mengorganisasi negara da'wah yang mulai berakar dan bertumbuh. Maka Allah mengaruniakan padanya pendamping lain yang menghadirkan keceriaan dan kegembiraan. 'Aisyah namanya. Kemanjaannya, cemburunya yang membakar, kelincahannya, dan kecerdasannya menjadi warna yang indah dalam kehidupan beliau kini yang diisi tugas-tugas maha-serius mengelola ummat. Dulu Khadijah menghibur beliau ketika jiwanya lelah oleh tekanan, celaan, dan penganiayaan di Makkah. Kini 'Aisyah menceriakan dan menggairahkan ketika beiiau ditimbuni tugas-tugas; pertempuran, pengajaran, ekonomi, kemasyara!:atan, dan pemerintahan.



Aku bermimpi melihatmu di dalam tidur Engkau dibawa malaikat
dengan tabir sepotong kain sutera yang sangat bagus. Lalu malaikat itu berkata padaku, "Ini isterimu!"
Setelah aku buka tabir itu, tampaklah wajahnya dan ternyata itu adalah engkau.
-Rasulullah, kepada 'Aisyah-


Entah mengapa Anas ibn Malik sempat menanyakan hal ini kepada Ummu Salamah. Tapi kita banyak mengambil pelajaran darinya. "Mengapa jika bertemu 'Aisyah, Rasulullah langsung menciumnya sedangkan jika bertemu isterinya yang lain beliau tidak melakukannya?" Dan jawabannya pun sederhana, polos, tanpa menutupi, tanpa iri. "Karena Rasulullah tak bisa menahan diri tiap kali bertemu 'Aisyah", jawab Ummu Salamah.

'Aisyah suatu hari juga tak ragu bertanya pada Sang Nabi. "Jika di suatu padang ada beberapa ladang gembalaan", begitu katanya dalam pelukan Rasulullah ketika itu, "Sebagian ladang gembalaan itu pernah dipakai orang untuk menggembalakan ternaknya, dan ada satu ladang gembaiaan yang belum pernah disentuh. Ke manakah engkau akan menggembalakan ternakmu?"

Rasuluilah tersenyum mendengarnya. Di antara isteri-isteri beliau, memang hanya 'Aisyah yang beliau nikahi sebagai perawan. Yang lainnya adalah janda. "Tentu saja, ke ladang gembalaan yang tak pernah tersentuh itu."

Maka 'Aisyah lah yang banyak bercerita tentang gelora cintanya dengan Sang Nabi. 'Aisyah berkisah tentang bagaimana mereka minum dari satu mug, lalu Sang Nabi meletakkan bibirnya tepat di bekas bibir 'Aisyah. 'Aisyah berkisah tentang gigitan di sepotong daging yang semakin mendekatkan wajah mereka. 'Aisyah berkisah tentang bagaimana mereka mandi bersama, saling berebut air dari satu bejana. 'Aisyah berkisah tentang suatu malam saat dia haidh, lalu Rasuluilah memintanya membuka kakinya, hingga beliau bisa meletakkan pipi dan dada beliau di paha 'Aisyah, lalu 'Aisyah menggelung agar beliau hangat dan bisa beristirahat. 'Aisyah berkisah tentang bagaimana mereka berdua menonton orang-orang Habasyah bermain lembing, sambil saling menempelkan pipi dan bersandar bahu. 'Aisyah berkisah bagaimana mereka berbalap lari. 'Aisyah berkisah bagaimana ia bersyair dan Sang Nabi mentafsir. 'Aisyah berkisah bagaimana mereka saling bercerita untuk menghidupkan cinta. 'Aisyah berkisah tentang fitnah yang menimpanya. 'Aisyah berkisah tentang bagaimana sang Nabi menghadap Penciptanya, "Sesungguhnya di antara ni'mat Allah yang dilimpahkan padaku, bahwa Rasuluilah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam meninggal di rumahku, pada hari giliranku, berada dalam rengkuhc : dadaku. Dan bahwa Allah menyatukan antara ludahku dan ludah beliau saat wafat."




Muhammad, Khadijah, 'Aisyah. Di jalan cinta pejuang, mereka adalah sekumpulan riak
yang menyatu membentuk gelombang. "Lalu", kata Anis Matta dalam Serial C/nto-nya, "Misi
kenabian datang bagai angin yang meniup gelombang itu. Maka jadilah mereka badai kebajikan
dalam sejarah kemanusiaan." Di jalan cinta para pejuang, ada gairah seperti Khadijah, ada gairah
seperti Aisyah..


                                                                                                                  ,
Jika cinta adalah Matematika Maka yang mencintai kita
akan mengalikan kebahagiaan sampai tak hingga,
Membagi kesedihan hingga tak berarti,
Menambah keyakinan hingga utuh,
Mengurang keraguan hingga habis




Tak bermaksud apapun ..
hanya ingin membagi ilmu ...
Tentang sebuah kisah indah
yang menggoreskan makna cinta sebenarnya ..

Khadijahku ... Aisyahku ..

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Catatan Hati Jingga. All Rights Reserved.
Blogger Template designed by Rikocnn.